Tiga Alasan Kenapa Harus Membela NKRI Menurut DR Al Zastrouw
KARAWANG – Sebagai pondasi bernegara, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-undang (UUD) 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final. Setiap Warga Negara Indonesia wajib mempertahankannya, termasuk bagi seorang muslim.
Akhir-akhir ini, muncul lagi kelompok-kelompok yang ingin mengubah pondasi-pondasi negara. Datang dengan atribut Islam, mereka ingin menggantinya dengan Syariat Islam. Tidak sedikit masyarakat dibuat ‘galau’ dengan munculnya kelompok-kelompok. Di satu sisi sebagai seorang muslim tentu ingin menjalankan kehidupan sesuai dengan ketentuan Islam, di sisi lain sebagai warga negara tentu harus ikut pada aturan negara, sementara aturan negara saat ini dianggap tidak sesuai dengan Syariat Islam.
Menyikapi hal tersebut, DR Ngatawi Al Zastrouw memberikan pemahaman, kita sebagai seorang muslim tidak perlu ragu lagi hidup Indonesia dan ikut dalam aturan Indonesia. Dia tidak setuju jika Indonesia tidak sesuai dengan Syariat Islam, justru sebaliknya. Pacasila misalkan, mulai sila pertama sampai sila kelima, semuanya berlandaskan ayat Alquran. “Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyarah, keadilan sosial , itu semua sesuai dengan ajaran Islam,” katanya, saat mengisi dialog kebangsaan disela kegiatan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Pondok Pesantren Bani Ali Rengasdengklok, Kamis (8/4/2021).
Jadi, ketika ada orang yang bertanya, tinggi mana antara Islam dan Pancasila? Al Zastrouw menilai itu pertanyaan keliru. Menurut pria yang pernah menjadi ajudan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini, Islam tidak bisa disejajarkan dengan Pancasila. Islam turun langsung dari Tuhan sementara Pancasila merupakan produk manusia. Dia menganalogikan, Islam dan Pancasila seperti tebu dan gula. Tebu merupakan ciptaan Tuhan sementara gula adalah produksi manusia yang diambil dari tebu. Tebu kalau tidak diolah hanya sedikit manfaatnya, tapi ketika sudah menjadi gula manfaatnya lebih besar. Oleh karena itu, dalam beragama harus menggunakan akal dan hati yang bersih. “Pancasila itu diambil dari nilai-nilai Islam jadi tidak perlu dipertentangkan lagi,” paparnya.
Al Zastouw mengemukakan, sedikitnya ada tiga alasan kenapa kita sebagai seorang muslim harus membela dan mempertahankan NKRI. Pertama, sebagai sarana menjalankan Syariat Islam. Dia mencontohkan, sejumlah negara di Timur Tengah penuh dengan konflik dengan sesama warga negaranya, bahkan dengan sesama muslim. “Tidak akan tenang kita beribadah di tengah konflik, coba banyang kan ketika kita salat berjamaah di masjid tiba-tiba ‘duaarrrr’ bom jatuh. Kegiatan seperti ini tidak akan bisa. Oeh karena itu kita harus rawat NKRI ini agar tetap damai dan rukun,” terangnya.
Kedua, NKRI merupakan hasil ijtihad ulama. Ketika tujuh kata dalam Piagam Jakarta, yang sekarang menjadi Pancasila, akan dihilangkan, Soekarno tidak langsung memutuskannya, akan tetapi berkonsultasi terlebih dahulu kepada Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. “Hadrotus Syaikh bertanya kalau tujuh kata itu dihapus, apakah umat Islam masih bisa beribadah? Bisa. Kemudia salat istikhoroh dengan membaca 41 kali surat Al Kahfi dan 41 kali surat Attaubah. Ini peran besar ulama dalam membentuk NKRI ini, maka tidak ada alasan untuk tidak membelanya,” terangnya.
Ketiga, Indonesia menjadi contoh bagi negara lain dalam menjaga kerukunan umam beragama. Oleh karena itu, kedamaian yang sudah tercipta ini harus tetap dijaga. “Beragama itu ya menyenangkan, membahagiakan dan merukunkan. Beragamalah dengan enak tapi jangan seenaknya,” pungkasnya. (red)