Sejarah, Baru Kali Ini Ada Keterwakilan Perempuan di Kepengurusan PBNU

KH Yahya Cholil Staquf

NU Karawang Online- Kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 mencatatkan sejarah. Baru kali ini ada keterwakilan perempuan menjadi pengurus harian PBNU, diantaranya diisi oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarprawansa dan Alissa Qotrunnada Abdurahman Wahid serta sejumlah figur lainnya yang ditempatkan di posisi yang berbeda-beda.

Sejak awal memang tidak ada larangan atau pembatasan bahwa perempuan tidak boleh jadi pengurus harian NU, hanya saja baru pada masa kepengurusannya saat ini keterwakilan perempuan diakomodir dalam kepengurusan harian PBNU. “Baru kali ini, sejak 96 tahun NU berdiri, kaum perempuan diakomodasi dalam pengurus harian Nahdlatul Ulama,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, saat konferensi pers pengumuman susunan pengurus harian PBNU, Rabu (12/1/2022).

Kiai Yahya melihat, masuknya perempuan dalam kepengurusan PBNU, bukan hanya sekedar mengakomodasi perempuan, tapi memang ada persoalan besar terkait keperempuan yang mesti diatasi. Oleh karena itu, dia memilih figur-figur perempuan yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di tengah-tengah masyarakat. “Kita melihat, saat ini ada kebutuhan yang mendesak bahwa perempuan-perempuan ikut mengelola PBNU ini, karena ada persoalan besar terkait keperempuanan ini. Oleh karena itu, kita ajak tokoh-tokoh perempuan untuk mengelola program PBNU terkait pemberdayaan perempuan,” jelasnya.

Salah satu pengurus perempuan di PBNU Alissa Qotrunnada Abdurahman Wahid menilai, masuknya perempuan dalam jajaran pengurus PBNU merupakan sebuah terobosan yang sangat penting bagi Nahdlatul Ulama. Walaupun sebetulnya keterlibatan perempuan di NU bukan perkara baru karena dalam setiap kegiatan NU kaum perempuan selalu terlibat. “Bagi kami ini amanah juga gerbang bagi perempuan lainnya untuk berkhidmah lebih besar bagi Nahdlatul Ulama, bagi umat Islam, juga bagi bangsa dan negara serta tentunya bagi peradaban dunia,” ucapnya. (admin)