NU Minta Pemerintah Pertimbangkan Buka Sekolah Lagi Usai PPKM
KARAWANG- Sudah satu tahun lebih siswa tidak lagi belajar di sekolah. Selama wabah Covid-19, siswa belajar di rumah secara online. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini, harus segera diakhiri jika Pemberlakukan Pembatasan Kehidupan Masyarakat (PPKM) level 4 selesai dan belajar kembali digelar di sekolah.
PPKM level 4 sejatinya berakhir 25 Juli 2021, namun Presiden Joko Widodo memperpanjangnya dari 26 Juli 2021 hingga 2 Agustus 2021 mendatang. Keputusan ini praktis menghapuskan harapan siswa belajar di sekolah di awal tahun ajaran baru 2021/2022. Namun, dorongan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) digelar di sekolah terus dikemukakan, salah satunya oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Karawang (PCNU). “Sebagai bagian dari masyarakat dan warga negara ini, saya berharap setelah berakhirnya masa PPKM, pemerintah kita mulai memberlakukan kembali KBM secara langsung bagi seluruh sekolah baik negeri maupun swasta di seluruh tanah air,” kata Ketua Tanfidz PCNU Karawang KH Ahmad Ruhyat Hasby, Sabtu (24/7/2021).
Kebijakan KBM langsung, lanjutnya, sangat penting untuk dipertimbangkan, meskipun masa pandemi belum berakhir, tentu dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat dan diawasi oleh Dinas Pendidikan dan Tim Satgas Covid-19 atau dengan cara dan mekanisme yang disesuaikan dengan kondisi pandemi. “Saya kira banyak sekali keluhan yang dirasakan oleh orang tua selama satu setengah tahun terakhir ini ketika KBM dilakukan dengan cara daring,” terangnya.
Kiai yang akrab disapa Kang Uyan ini menuturkan, ada beberapa alasan yang mendorong dirinya mendesak agar KBM segera digelar secara tatap muka lagi. Menurutnya, menurunnya kualitas hasil KBM yang begitu drastis, baik secara kognitif, maupun secara psikomotor. “Bisa dicek langsung ke masyarakat pedesaan yang anaknya sekolah di SD/MI, walaupun mereka sudah kelas dua, tapi banyak yang belum mampu baca tulis. Begitu pula dengan siswa di atasnya,” terangnya.
Alasan lainnya, lanjut Kang Uyan, meningkatnya kenakalan remaja yang pelakunya adalah anak sekolah, sebagai akibat langsung dari tidak ada kegiatan langsung di sekolah. “Bisa dicek hampir di Reskrim Polres. Ini belum terhitung dampak sosial berupa penyalahgunaan ponsel oleh anak didik kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak heran jika anak-anak SD sekarang lebih pandai dalam main game, anak SMP dan SMA lebih cerdas menemukan situs-situs yang berbau porno dan lain-lain,” keluhnya.
Kang Uyan sangat menghargai i’tikad baik dan upaya dari pemerintah dalam menekan laju penularan Covid-19. Tetapi upaya itu hendaknya juga memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan lain yang juga sangat berdampak terhadap kemajuan bangsa di masa mendatang. “Jika sektor ekonomi atau sektor lainnya masih bisa dilakukan tatap muka dengan protokol kesehatan, mengapa tidak, dalam sektor pendidikan pun ditempuh hal yang sama. Sekali lagi ini harapan saya, anda boleh setuju ataupun tidak,” tegasnya. (red)