NU Butuh Kita?

(Foto: nu.or.id)

NU Karawang – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Karawang telah menggelar perhelatan pentingnya pada pekan lalu, Sabtu, (27/1) di Aula Husni Hamid Pemda karawang. Perhelatan tersebut bernama Pelantikan, Rapat Kerja 18 Lembaga PCNU Kabupaten Karawang dan Peringatan Harlah 101 NU. Bertajuk Mendigdayakan Aswaja Annahdliyah di Tanah Pangkal Perjuangan.

Beruntungnya, saya berada di antara 315 pengurus lembaga-lembaga PCNU Kabupaten Karawang yang dilantik saat itu. Izinkan saya menyusun kembali memori syahdu itu, juga merenungii tausiyah penuh hikmah dari KH Hasan Nuri Hidayatullah.

Lagi-lagi saya merasa beruntung, kala itu dapat duduk di barisan depan. Memiliki lebih banyak kesempatan untuk mencium tangan dan memandang teduhnya wajah para Kiai Alim, serta dapat menyaksikan tiap momen dengan lebih jelas dan utuh.

Mengikuti tiap inci jalannya kegiatan membuat saya terkaget-kaget. Jujur, sejak pembacaan istighotsah, lantunan Syubbanul Wathan yang dibawakan Padus Muslimat NU dengan apik,  pembacaan Shalawat Gusdur yang penuh haru biru, hingga Mauidhloh dan Nasihat para Kiai NU yang mendalam. Semua seolah menjadi isyarat, betapa Nahdlatul Ulama di Karawang akan Gemilang.

Ah, ruang haru ini sebaiknya saya sudahi saja. Ada yang hal lain yang lebih menarik, yaitu merenungi nasihat tokoh NU Jawa Barat, Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasan Nuri Hidayatullah.

Kiai Muda nan Karismatik tersebut akrab disapa Gus Hasan. Dalam tausiyahnya beliau mengatakan bahwa apapun posisi anda saat ber-NU jangan pernah menganggap bahwa NU itu yang membutuhkan anda, tetapi anda lah yang sebenarnya membutuhkan NU.

Lebih jauh beliau mengutip sebuah hikayat dalam kitab Irsyadul Ibad. Alkisah ada seseorang yang bermimpi dikaruniakan oleh Allah masuk ke dalam surga. Di sana dia bertemu dengan 40  Nabi. Satu persatu ditanyainya tentang  satu perkara.

“Apa yang paling engkau khawatirkan saat hidup di dunia?” tanyanya pada 40 Nabi tersebut.

Tidak disangka, ternyata jawaban dari empat puluh nabi itu seragam, mereka khawatir keluar dari dunia atau wafat tanpa menyandang iman.

Dengan demikian, ringkas  Gus Hasan, pencapaian seseorang atas apa yang ia kehendaki, itu bukanlah tanda sebuah kesuksesan. Tapi kesuksesan itu apabila seseorang keluar dari muka bumi ini alam keadaan husnul khatimah.

Mungkin karena hal  itulah, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari juga menangkap kekhawatiran yang sama, sehingga beliau berusaha memformulasikan ajaran agama Islam ke dalam sebuah perkumpulan yang bernama Nahdlatul Ulama.

Ruang merenung inilah yang akhirnya mendorong saya berkesimpulan bahwa orang yang berkhidmat di Nahdlatul Ulama itu, setidaknya akan mendapatkan dua keutamaan.

Pertama, Nahdlatul Ulama sebagai jalan selamat yang akan mengantar kita wafat dalam keadaan Husnul Khatimah. Bagaimana tidak, kewajiban setiap Muslim adalah menjalankan ajaran agama secara baik dan benar. Di tengah maraknya Fikrah, Harakah dan Amaliah yang melenceng, maka memilih menjadi Nahdiyin berarti beriman kepada Allah Swt dan menjalankan ajaran Ahlussunah wal Jamaah yang diajarkan baginda Nabi Saw.

Kedua, ber-NU adalah langkah konkrit menjadi orang hebat.  Mengapa? Karena anda telah diakui Muassis Nahdlatul Ulama Mbah Hasyim sebagai santrinya. Sejalan dengan dawuh mbah Hasyim bahwa barangsiapa yang mau mengurus NU, akan kuanggap sebagai santriku, siapa yang menjadi santriku akan kudoakan khusnul khotimah beserta anak cucunya.

Jadi, lanjut Gus Hasan, baik menjadi pengurus atau tukang ngepel, selama berkhidmah untuk Nahdlatul Ulama, dia adalah orang hebat, karena diakui sebagai santrinya Mbah Hasyim Asyari.

Kendati demikian, Pelantikan pengurus 18 lembaga PCNU Kabupaten Karawang ini adalah pelantikan orang-orang hebat. Para santrinya Mbah Hasyim yang akan melanjutkan cita-cita besar para pendiri Nahdlatul Ulama.

Tentu, naif rasanya menganggap Nahdlatul Ulama bahkan para muassis NU membutuhkan kita, faktanya malah sebaliknya, kita yang membutuhkan Nahdlatul Ulama.

Lantas di relung hati ini, terlintas sebuah pertanyaan, usai dilantik dan memantapkan diri untuk berkhidmah di Nahdlatul Ulama, lalu persembahan terbaik apa yang akan saya berikan  kepada Nahdlatul Ulama?

 

Penulis: Saanan – Sekretaris LP Ma’arif NU Karawang

Editor: Riki Baehaki