Gus Wahid: Ada 4 Syarat Calon Ketua PCNU


Gelaran Konferensi Cabang ke XXI Nahdlatul Ulama (NU) Karawang di Pondok Pesantren Attarbiyah Telagasari sudah mulai ramai. Forum tertinggi pengambilan keputusan di internal organisasi NU Karawang ini digelar Sabtu (26/03/2022) mendatang.

Agenda Konfercab NU bukan cuma soal pergantian pengurus PCNU, suksesi jabatan ketua PCNU dan perangkatnya pun menjadi salah satu hal yang ditunggu banyak pihak.

Publik khususnya kalangan Nahdliyin belakangan ini sudah ramai membincangkan perihal bursa kandidat ketua PCNU Karawang periode 2022-2027 mendatang. Beberapa tokoh yang digadang untuk maju sebagai kandidat kuat calon Ketua PCNU Karawang yakni Ketua PCNU petahana KH. Ahmad Ruhyat Hasby, Anggota DPRD Karawang H. Endang Sodikin, Deden Permana Ketua Gapensi Karawang sekaligus Wakil Bendahara PWNU Jabar, dan H. Zaenal Arifin yakni pengusaha.

Meski demikian, organisasi Islam terbesar di Indonesia ini tak sembarang orang bisa menduduki posisi sebagai Ketua PCNU. NU memiliki syarat tertentu yang harus dipenuhi bagi tiap kandidat calon ketua PCNU.

Pada dasarnya, berbicara soal syarat calon Ketua PCNU sudah termaktub dalam AD/ART Nahdlatul Ulama yang dapat diakses dan dibaca oleh segenap Nahdliyin dimana pun.

Namun, secara pribadi sebagai butiran debu NU, saya ingin memberikan pandangan bahwa ada 4 (empat) syarat jika ingin menjadi ketua PCNU Karawang.

Pertama, mengenal NU (Al-ma’rifatu bi Nahdlatil Ulama). Calon Ketua PCNU harus punya kapasitas pengetahuan secara menyeluruh.  Dia harus memahami NU secara keseluruhan karena NU adalah ilmu, NU harus dipelajari. Tidak hanya berproses secara alamiah. Agar keyakinan itu tumbuh secara sungguh-sungguh dan untuk menjelaskan kepada Nahdliyin, “Ma huwa NU? Wa maa adrokkama NU?”

Kedua, percaya pada NU (Ats-tsiqatu bi Nahdlatil Ulama). Calon Ketua PCNU harus mempercayai NU sebagai tuntunan hidup yang sesuai. Tidak serta-merta timbul secara sikap batin semata, melainkan realisasi yang bersifat lahir pula, juga harus benar-benar percaya bahwa NU adalah ‘ashabul haq’.

Para pendiri NU adalah Wali min Auliyaillah. Jadi para pengurus harus percaya ada keberkahan dalam mengurusi NU. Pandanglah NU sebagai organisasi pada umumnya. Namun sadarilah bahwa NU bukan organisasi yang biasa. Inilah yang harus kita yakini bahwa NU didirikan oleh para Ulama dan kita hanya sebagai santrinya Ulama.

Ketiga, berjuang bersama NU (Al-jihadu bi Nahdlatil Ulama). Calon Ketua PCNU harus siap berjuang bersama NU. Inilah yang biasa kita dengar denga istilah bekerja bersama-sama dan sama-sama bekerja. Sehingga Ketua PCNU dan pengurusnya tidak hanya mengurusi dirinya masing-masing.

Keempat, sabar dengan NU (Ash-shabru bi Nahdlatil Ulama). Mengurusi NU kedepan akan banyak ujian dan tantangan. Maka Ketua PCNU dan para pengurusnya harus benar-benar sabar dalam menjalankan roda perjuangan di Nadlatul Ulama.

Mari kita sukseskan Konfercab NU Karawang. Semoga Konfercab NU Karawang mendatang dapat membawa keberkahan bagi kita semua dan menghasilkan pemimpin yang amanah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Penulis: Gus Wahid Roesdy (Pengasuh Saung Berkah Nusantara)

Sumber: Nyarita.com